Halaman

    Social Items




Allah: Tuhanmu dan Tuhanku--Pada permulaan: Tak ada kebetulan di alam semesta ini. Para ilmuwan mengatakan bahwa alam semesta ini memiliki permulaan. Permulaan ini diawali dengan "Big Bang" yang berasal dari sebuah ketiadaan sesuatu. Lalu siapakah yang pertama kali menciptakan alam semesta ini? Jawabnya adalah Tuhan.

Mengenal Tuhan

Dalam Islam, mengetahui Tuhan adalah sebuah kunci menuju sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. kita tak akan mampu mengetahui Tuhan secara sepenuhnya berbekal pada apa yang kita punyai. Kita sebagai . Manusia dapat mengenali Tuhan kita dari apa yang Tuhan telah turunkan yang menceritakan tentang siapa itu Tuhan dalam sumber yang asli. deskripsi otentik dari Tuhan ditemukan dalam Al Qur'an, kata yang tepat dari Tuhan, dalam bahasa Arab, diungkapkan kepada Nabi Terakhir dan Universal-nya, Muhammad SAW

Nama Tuhan

Dalam Al Qur'an dimulai dengan kalimat, "Dengan menyebut nama Allah,..." (1:1) Tuhan menyebut dirinya sebagai Allah dalam Al Qur'an. Nama dalam bahasa Arabnya adalah nama yang tepat dan unik untuk Tuhan Yang Esa dan Satu-Satunya. Tidak memiliki jamak dan terbebas dari gender Seluruh Muslim di dunia menyebut Tuhannya dengan sebutan "Allah".Memang, semua orang - terlepas dari bahasa dan kepercayaan - mungkin memanggil Tuhan dengan Nama yang tepat, yakni "Allah". tetapi mereka harus mengatakan hanya Kebenaran tentang Allah yang Dia sendiri ungkapkan dalam Al Qur'an.
Allah juga menyebut Dirinya sebagai:
1. Maha Pengasih (ar Rahmaan)
2. Maha Penyayang (Ar Rohiin)
3. Maha menhetahui ( Al Aliim)
4. Maha Pendengar ( As Samii')
5. Maha Melihat (Al Basiir)

Mengetahui Allah mengisi hati para umatnya dengan rasa kagum dan cinta untuknya, dan iman serta harapan. Umatnya tahu hanya Allah yang layak disembah. Sukacita dalam berserah diri, sebagai Muslim, kepada kehendak-Nya, dengan sungguh-sungguh mencari Kesenangan-Nya untuk pemikiran, perkataan, dan perbuatan mereka.


Siapakah Allah


Kita wajib meyakini bahwa Allâh Pencipta seluruh makhluk benar-benar ada, walaupun kita tidak pernah bertemu, melihat, mendengar secara langsung. Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan hal ini. Diantaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun (yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? [ath-Thûr/52:35]

Maksudnya, keadaan manusia atau makhluk yang sudah ada ini tidak lepas dari salah satu dari tiga keadaan :

  • Mereka ada tanpa Pencipta. Ini tidak mungkin. Tidak ada akal sehat yang bisa menerima bahwa sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya.
  • Mereka menciptakan diri mereka sendiri. Ini lebih tidak mungkin lagi. Karena bagaimana mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada menciptakan sesuatu yang ada.
  • Inilah yang haq, yaitu Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan mereka, Dialah Sang Pencipta, Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Seorang Arab Baduwi ditanya, “Apakah bukti tentang adanya Allâh Azza wa Jalla?” Dia menjawab, “Subhânallâh (Maha Suci Allâh)! Sesungguhnya kotoran unta menunjukkan adanya onta, bekas telapak kaki menunjukkan adanya perjalanan! Maka langit yang memiliki bintang-bintang, bumi yang memiliki jalan-jalan, lautan yang memiliki ombak-ombak, tidakkah hal itu menunjukkan adanya al-Lathîf (Allâh Yang Maha Baik) al-Khabîr (Maha Mengetahui).”

Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang hal ini, beliau menjawab, “Ada sebuah benteng yang kokoh, halus, tidak ada pintu dan jendela. Luarnya seperti perak putih, dalamnya seperti emas murni. Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba temboknya terbelah, lalu keluarlah darinya seekor binatang yang dapat mendengar dan melihat, memiliki bentuk yang indah dan suara yang merdu.” Yang dimaksudkan oleh Imam Ahmad adalah seekor ayam yang keluar dari telurnya. [Lihat Tafsîr Ibnu Katsîr, surat al-Baqarah, ayat ke-21]

Sesungguhnya keyakinan adanya Sang Pencipta, Allâh Azza wa Jalla , merupakan fitrah makhluk. Oleh karena itulah Fir’aun, bahkan Iblis, juga meyakini hal ini. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Fir’aun dan kaumnya yang mengingkari mukjizat Nabi Musa Alaihissalam :

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Dan mereka (Fir’aun dan kaumnya) mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. [an-Naml/27:14]

Oleh karena itu, tidaklah semata-mata seseorang meyakini adanya Allâh berarti dia adalah orang Islam atau beriman.



Allah: Tuhanmu dan Tuhanku




Allah: Tuhanmu dan Tuhanku--Pada permulaan: Tak ada kebetulan di alam semesta ini. Para ilmuwan mengatakan bahwa alam semesta ini memiliki permulaan. Permulaan ini diawali dengan "Big Bang" yang berasal dari sebuah ketiadaan sesuatu. Lalu siapakah yang pertama kali menciptakan alam semesta ini? Jawabnya adalah Tuhan.

Mengenal Tuhan

Dalam Islam, mengetahui Tuhan adalah sebuah kunci menuju sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat. kita tak akan mampu mengetahui Tuhan secara sepenuhnya berbekal pada apa yang kita punyai. Kita sebagai . Manusia dapat mengenali Tuhan kita dari apa yang Tuhan telah turunkan yang menceritakan tentang siapa itu Tuhan dalam sumber yang asli. deskripsi otentik dari Tuhan ditemukan dalam Al Qur'an, kata yang tepat dari Tuhan, dalam bahasa Arab, diungkapkan kepada Nabi Terakhir dan Universal-nya, Muhammad SAW

Nama Tuhan

Dalam Al Qur'an dimulai dengan kalimat, "Dengan menyebut nama Allah,..." (1:1) Tuhan menyebut dirinya sebagai Allah dalam Al Qur'an. Nama dalam bahasa Arabnya adalah nama yang tepat dan unik untuk Tuhan Yang Esa dan Satu-Satunya. Tidak memiliki jamak dan terbebas dari gender Seluruh Muslim di dunia menyebut Tuhannya dengan sebutan "Allah".Memang, semua orang - terlepas dari bahasa dan kepercayaan - mungkin memanggil Tuhan dengan Nama yang tepat, yakni "Allah". tetapi mereka harus mengatakan hanya Kebenaran tentang Allah yang Dia sendiri ungkapkan dalam Al Qur'an.
Allah juga menyebut Dirinya sebagai:
1. Maha Pengasih (ar Rahmaan)
2. Maha Penyayang (Ar Rohiin)
3. Maha menhetahui ( Al Aliim)
4. Maha Pendengar ( As Samii')
5. Maha Melihat (Al Basiir)

Mengetahui Allah mengisi hati para umatnya dengan rasa kagum dan cinta untuknya, dan iman serta harapan. Umatnya tahu hanya Allah yang layak disembah. Sukacita dalam berserah diri, sebagai Muslim, kepada kehendak-Nya, dengan sungguh-sungguh mencari Kesenangan-Nya untuk pemikiran, perkataan, dan perbuatan mereka.


Siapakah Allah


Kita wajib meyakini bahwa Allâh Pencipta seluruh makhluk benar-benar ada, walaupun kita tidak pernah bertemu, melihat, mendengar secara langsung. Banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan hal ini. Diantaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun (yakni tanpa Pencipta), ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? [ath-Thûr/52:35]

Maksudnya, keadaan manusia atau makhluk yang sudah ada ini tidak lepas dari salah satu dari tiga keadaan :

  • Mereka ada tanpa Pencipta. Ini tidak mungkin. Tidak ada akal sehat yang bisa menerima bahwa sesuatu itu ada tanpa ada yang membuatnya.
  • Mereka menciptakan diri mereka sendiri. Ini lebih tidak mungkin lagi. Karena bagaimana mungkin sesuatu yang awalnya tidak ada menciptakan sesuatu yang ada.
  • Inilah yang haq, yaitu Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan mereka, Dialah Sang Pencipta, Penguasa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Seorang Arab Baduwi ditanya, “Apakah bukti tentang adanya Allâh Azza wa Jalla?” Dia menjawab, “Subhânallâh (Maha Suci Allâh)! Sesungguhnya kotoran unta menunjukkan adanya onta, bekas telapak kaki menunjukkan adanya perjalanan! Maka langit yang memiliki bintang-bintang, bumi yang memiliki jalan-jalan, lautan yang memiliki ombak-ombak, tidakkah hal itu menunjukkan adanya al-Lathîf (Allâh Yang Maha Baik) al-Khabîr (Maha Mengetahui).”

Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang hal ini, beliau menjawab, “Ada sebuah benteng yang kokoh, halus, tidak ada pintu dan jendela. Luarnya seperti perak putih, dalamnya seperti emas murni. Ketika dalam keadaan demikian, tiba-tiba temboknya terbelah, lalu keluarlah darinya seekor binatang yang dapat mendengar dan melihat, memiliki bentuk yang indah dan suara yang merdu.” Yang dimaksudkan oleh Imam Ahmad adalah seekor ayam yang keluar dari telurnya. [Lihat Tafsîr Ibnu Katsîr, surat al-Baqarah, ayat ke-21]

Sesungguhnya keyakinan adanya Sang Pencipta, Allâh Azza wa Jalla , merupakan fitrah makhluk. Oleh karena itulah Fir’aun, bahkan Iblis, juga meyakini hal ini. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Fir’aun dan kaumnya yang mengingkari mukjizat Nabi Musa Alaihissalam :

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Dan mereka (Fir’aun dan kaumnya) mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. [an-Naml/27:14]

Oleh karena itu, tidaklah semata-mata seseorang meyakini adanya Allâh berarti dia adalah orang Islam atau beriman.



Load Comments

Subscribe Our Newsletter