بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
APAKAH AKHLAK BISA DIRUBAH ?--
Firman Alloh :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imron :134)
Sedangkan dalam hadits Rosūlulloh mengatakan,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ، دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya seorang dengan akhlaknya yang mulia bisa meraih derajat orang yang senantiasa berpuasa sunnah dan senantiasa sholat malam.” (HR. Ahmad no. 25.537, )
Karena itu, hendaknya seseorang berusaha menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia. Janganlah ia mengatakan:
“Saya tidak bisa mengubah akhlak saya.”
“Saya memang begini modelnya.”
“Saya diciptakan begini modelnya, tabiat saya memang seperti ini.”
dan kalimat-kalimat lain semacamnya.
Ketahuilah, seandainya akhlak tidak bisa diubah, lalu untuk apa hadits-hadits tentang akhlak mulia yang sedemikian banyak? Untuk apa Allah menurunkan ayat-ayat yang memotivasi orang-orang untuk berakhlak mulia?
Semua ayat dan hadits yang memotivasi seseorang untuk berakhlak mulia itu menunjukkan bahwa akhlak bisa diubah. Seorang yang pelit bisa jadi dermawan. Seorang pemarah bisa jadi penyabar, dan seterusnya. Karena itu, jangan sampai seseorang mengatakan,
“Saya memang suka marah”,
"Saya memang suka hutang"
“Saya memang temperamental.”
“Saya begini tipenya.”
"Jangan"!!!!!!
Ketahuilah, bahwa setiap orang bisa mengubah akhlaknya. Ia bisa berlatih dan membiasakan diri agar menjadi orang yang baik akhlaknya,dan"ingat setiap orang punya kekurangan dan kelebihan " tinggal kita memperbaiki kekurangan kita
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقَهُ
“Aku menjamin istana di bagian atas surga bagi orang yang terindah akhlaknya.”
Dalam riwayat lain:
لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقُهُ
“Bagi orang yang memperindah akhlaknya.”
Menurut kedua hadis ini, akhlak yang mulia itu bisa diperoleh, bisa diraih.
Dalam hadits lain Rosūlulloh bersabda,
مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ الله
“Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan jadikan dia penyabar.” (HR. Al-Bukhori no. 1.469)
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang pemarah bisa jadi penyabar.
Karenanya itu saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla, hendaknya kita senantiasa memperbaiki diri dan membiasakan diri dengan akhlak-akhlak yang mulia agar kita bisa mendapatkan keutamaan yang banyak sebagaimana disebutkan pada hadits-hadits di atas."sekarang juga detik ini" jangan ditunda walau 1 detik.
Karenanya itu saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla, hendaknya kita senantiasa memperbaiki diri dan membiasakan diri dengan akhlak-akhlak yang mulia agar kita bisa mendapatkan keutamaan yang banyak sebagaimana disebutkan pada hadits-hadits di atas."sekarang juga detik ini" jangan ditunda walau 1 detik.
Jadi akhlak itu ada yang bawaan dan ada yang bisa diusahakan. Nabi berkata kepada Aisyah :
يَا أَشَجُّ، إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ وَرَسُولُهُ: الْحِلْمَ وَالْأَنَاةَ ” فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَنَا تَخَلَّقْتُهُمَا، أَوْ جَبَلَنِي اللهُ عَلَيْهِمَا؟ قَالَ: ” بَلِ اللهُ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا “. قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَبَلَنِي عَلَى خُلُقَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ وَرَسُولُهُ
“Wahai Asyaj, sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai oleh Allah dan RasulNya, yaitu kecerdasan dan tidak tergesa-gesa”. Asyaj berkata, “Ya Rasulullah, apakah kedua perangai tersebut aku mengusahakannya ataukah Alloh yang telah memfitrahkannya kepadaku?”. Nabi berkata, “Alloh telah memfitrahkanmu di atas kedua perangai tersebut”. Asyaj berkata, “Segala puji bagi Alloh yang telah memfitrahkan aku diatas dua perangai yang dicintai oleh Alloh dan RosulNya” (HR Ahmad 39/490 dan asalnya HR Muslim No. 17)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْخُلُقَ قَدْ يَحْصُلُ بِالتَّخَلُّقِ وَالتَّكَلُّفِ
“Pada hadits ini ada dalil bahawasanya akhlak bisa diperoleh dengan usaha dan kesungguhan” (Zaadul Ma’aad 3/532)
Namun untuk meraih akhlak memang butuh perjuangan karena memang sulit, Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
فَإِنَّ أَصْعَبَ مَا عَلَى الطَّبِيعَةِ الْإِنْسَانِيَّةِ: تَغْيِيرُ الْأَخْلَاقِ الَّتِي طُبِعَتِ النُّفُوسُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya perkara yang sangat sulit atas tabiat manusia adalah mengubah akhlak yang sudah merupakan tabi’atnya” (Madaarijus Saalikin 2/297)
Para ulama menyebutkan diantara akhlak mulia adalah sebagaimana perkataan Al-Hasan Al-Bashri rahimahulloh:
حَقِيْقَةُ حُسْنُ الْخُلُقِ بَذْلُ المَعرُوْفِ وَكَفُّ الأَذَى وطَلاَقَةُ الوَجْهِ
“Hakikat akhlak mulia adalah mudah berbuat baik kepada orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan wajah yang sering berseri-seri karena murah senyum.” (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim karya An-Nawawi 15/78)
- Wajah yang berseri-seri, murah senyum kepada orang lain, tidak merendahkan, dan tidak menghinakan orang lain.
- Ringan tangan untuk membantu orang lain.membela saudara kita yang diperangi /dizalimi baik yang ada luar negeri atau yang di dalam negeri,
- Tidak mengganggu ,meremehkan,mencela, . . . dst
Selanjutnya Nabi bersabda tentang dosa:
وَاْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Dosa adalah apa yang menggelisahkan engkau di hatimu. Dan engkau tidak suka jika orang-orang melihat kau melakukannya.”
Hadits ini menjelaskan tentang barometer untuk mengenal dosa. Tentunya, dosa-dosa adalah melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhānahu wa Ta'ala.