بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
MENCINTAI ROSULULLOH KONSEKWENSI "TAQWA"--
Firman-Nya,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31).
Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak (sempurna) keimanan salah seorang di antara kalian sampai aku lebih dia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhori dan Muslim).
“Wahai Rosululloh, sungguh Anda adalah seorang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku.” Maka, Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak (demikian), demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih kamu cintai dibandingkan dirimu.” Lalu Umar berkata kepada beliau, “Sesungguhnya sekarang, demi Alloh, Anda adalah orang yang paling aku cintai (bahkan) dari diriku”, lalu Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sekarang, wahai Umar”.
Mencintai Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya sebuah kalimat pengakuan lisan semata, akan tetapi cinta itu terwujud dalam ketaatan terhadap apa yang Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan, membenarkan apa yang beliau kabarkan, menjauhi apa yang beliau larang.