بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
DAK'WAH DENGAN HATI YANG LEMAH LEMBUT
Nabi Musa dan Harun ‘alaihimassalaam:
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى. فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
Artinya : “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut” [Thaha : 43-44]
Kebatilan yang dipertunjukkan dan dibangga-banggakan Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan semesta alam tidaklah menyebabkan adanya sikap keras dan ocehan caci-maki dalam menyampaikan kebenaran padanya -walaupun ia berhak mendapatkannya-, namun Alloh ta’ala tentunya ingin mengajarkan bahwa sebesar apapun kebatilan, maka yang diterapkan untuk menentangnya adalah kata-kata yang lembut. Tujuannya? Alloh ta’alasendiri yang menjawab: “mudah-mudahan ia mau ingat atau takut”.
Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:
يا عائشة ! إن الله رفيق يحب الرفق، ويعطي على الرفق ما لا يعطي على العنف، وما لا يعطي على ما سواه
Artinya : “Wahai Aisyah, sesunguhnya Allph itu Maha lembut dan mencintai kelembutan. Alloh memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”
Imam Nawawi rohimahulloh berkata: “Dalam hadis ini terdapat motivasi untuk bersikap lemah lembut, sabar, dan bertutur kata yang lembut kepada manusia, selama tidak ada sebab/hajat yang membuat kita bersikap keras terhadap mereka”. (Syarah Muslim: 14/145).
Juga pada no.2594 dari Aisyah rodhiyallahu’anha, Nabi bersabda
«إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا ينزع من شيء إلا شانه»
Artinya : “Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”
Imam Nawawi juga menyatakan: Dalam hadis-hadis ini terdapat keutamaan untuk berlemah lembut motivasi untuk berakhlak baik, serta celaan terhadap sikap keras dan kasar, dan sikap lemah lembut merupakan sumber segala kebaikan”. (Syarah Muslim: 16/145).
Sekali lagi, bahwa saya tidak meruntuhkan metode sikap keras dalam menghadapi kesyirikan, bid’ah dan maksiat, sebab ini adalah sikap alternatif yang harus diterapkan bila memiliki maslahat yang jelas dan tujuan yang lebih baik. Namun yang saya ingin tegaskan adalah betapa kita tidak bisa mengendalikan otak kita tatkala melihat berbagai kemungkaran, sehingga dasar uslub dakwah (lemah lembut) dijadikan alternatif, sedangkan alternatif (kekerasan) dijadikan sebagai dasar uslub dakwah.
Orang yang memutar-balikkan dakwah ini akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki, bahkan kerusakan yang diakibatkannya, akan lebih parah dari kerusakan yang diakibatkan oleh “aksi dakwah dengan kekerasan"