MENYAMPAIKAN KEBENARAN ITU PERINTAH ALLOH--Islam adalah agama dakwah. Artinya ia agama yang senantiasa mengajak / menyerukan kepada manusia menuju jalan kebenaran, jalan Allah dan Rosul-Nya.
Seperti apa yang dikemukan oleh Syeikh Ali Mahfudz, seorang ulama dari Mesir, dalam kitabnya ‘Hidayat Al-Mursyidin’, bahwa dakwah adalah sarana bagi manusia untuk melakukan kebajikan, mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, agar mereka meperoleh kebahagian hidup, di dunia dan di akhirat kelak.
Dalam al-Quran dan al-Hadits, terdapat banyak sekali dalil yang memerintahkan wajibnya berdakwah.
Alloh Azza wa Jalla berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf(kebaikan), dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [QS. Ali ‘Imron: 104]
Rosûlulloh telah menjelaskan makna kesombongan dalam keseharian:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ : إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
Dari Abdullah bin Mas’ûd, dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,"Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam hatinya" Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?”) Beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Alloh Indah dan menyintai keindahan., Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menghina manusia”. [HR. Muslim, no. 2749]
Nabi sholalohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu. (HR. Muslim)
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا, لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِي النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sesungguhnya para malaikat, serta semua penduduk langit-langit dan bumi, sampai semut-semut di sarangnya, mereka semua bersholawat (mendoakan dan memintakan ampun) atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi no. 2685. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).
SEORANG RAJA YANG TUNDUK PADA KEBENARAN KARENA TAKUT PADA ALLOH
Wahai Buhlul, kapan kau sembuh dari gilamu? tanya Kholifah Harun al-Rosyid.
Ia balik bertanya,”Aku apa engkau yang gila, wahai Kholifah?
Kholifah menukas, “Kau yang setiap hari duduk di atas kuburan yang gila”.
Bahlul menjawab, “Aku yang waras!”
“Kenapa begitu?”
Buhlul menjawab, “Ya, karena aku tahu bahwa istana dan kekuasaanmu -sembari menunjuk istana Harun- akan musnah. Dan di situ (menunjuk kuburan) kau akan abadi.Oleh karenanya aku mempersiapkan diri untuk tinggal kekal di sini. Sementara engkau justru menyibukkan diri dengan membangun istanamu yang kelak atas takdir-Nya ia akan punah!Kau terlihat begitu membenci kuburan sedangkan di situlah kelak tempat peristirahatan terakhirmu!” Buhlul melanjutkan,”Jika demikian adanya, lalu siapa di antara kita yang gila! wahai kholifah?!”
Kholifah Harun diam sejenak tanpa mampu bicara. Lalu ia berkata kepada Buhlul sambil menangis terisak, “Demi Alloh. Benar sekali apa yang kau katakan, wahai Buhlul.”
Kholifah meminta nasehat dan petunjuk sang sufi ini. Ia berkata, “Nasehatilah aku, wahai Buhlul.”
“Cukuplah kau pegang dan amalkan kitabulloh.”
Kesimpulan
Islam adalah agama yang mulia. Tak sedikit orang yang belum merasakan nikmatnya agama ini. Karena itu, tugas kitalah untuk mendakwahkannya. Dalam al-Quran Allah berfirman:
“Kalian adalah sebaik-baik umat yang menyerukan kepada kebaikkan (ma’ruf) dan mencegah yang munkar.” (Al-Imran 110)
Sudah tentu, mengabarkan kebaikan dan kemuliaan tak ada yang ‘gratis’. Ibarat dua keping mata uang, angtara kebaikan, selalu ada jalan terjal. Keduanya seperti sudah ditakdirkan untuk selalu berjalan beriringan.
Di bagian belahan bumi manapun kita berdakwah, maka di situ pasti ada tantangan yang harus kita hadapi. Bahkan di dalam lingkungan keluarga sendiripun akan terjadi. Di manapun, selalu ada kaum penolak kebaikan dan dakwah.
Firman Allah,
“Begitulah bagi setiap Nabi, telah kami adakan musuh dari orang-orang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu pemberi petunjuk dan penolong.” (Al-Furqan: 31).
Dalam perjalanan dakwah, Nabi pernah diusir dari tempat kelahirannya. Beliua menerima cemoohan, hinaan baik berupa perkataan, maupun tindakkan. Pernah suatu hari, ketika Rosulullah berdakwah di Thoif, beliau diusir dan dilempari batu dan kotoran oleh anak-nak kecil, dan budak-budak. Sampai-sampai, Malaikat penjaga gunung merasa geregetan, ingin menimpakan gunung di tengah-tengah penduduk Thoif. Tetapi, Rosulullah mencegahnya. Beliau justru mendo’akan agar warga Thoif diberikan petunjuk oleh Allah.
Kini, hal serupa tengah dialami kaum Muslimin. Dengan stigma terorisme, umat Islam difitnah di mana-mana. Hanya karena ada pakaian gamis, surban, jenggot dan cadar, seolah sudah dicap pembuat rusuh.
Rasulullah adalan contoh manusia yang luar biasa dalam mengembangkan dakwah dan mengabarkan kebenaran agama Islam. Tak sedikit orang kafir Quraisy menghinanya, menganggapnya sebagai orang gila, tukang sihir, tukang tenung, penya’ir, dan sebagainya. Bagaimanapun buruk julukkan pada beliau, Nabi tetap berdakwah sambil terus mendoakan. Atas usaha luar biasa Nabi, terbitlah fajar kemenangan di jazirah Arab dan sekitarnya yang mengangibatkan tenggelamnya kejahiliayahan pada saat itu.
Orang-orang berbondong-bondong masuk Islam hingga digambarkan Allah dalam Al-Quran dalam surat An-Nasr: 1-3, yang berbunyi;
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh Ia Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nasr: 1-3)
Begitulah buah atas kesabaran dalam dakwah. Tak ada salahnya, jika kita memulai dari diri kita sendiri. Tetaplah bersemangat dalam berdakwah dan mengabarkan kemuliaan Islam ini. Di mana saja dan kapan saja. Di kampung, di kantor atau dalam rumah tangga kita sendiri. Mudah-mudahan, buah ‘kemenangan” yang telah dijanjikan Allah segera datang