بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Bahaya Riya' (Pamer)--Dalam bahasa Arab, arriya’ (الرياء) berasal dari kata kerja
raâ ( راءى) yang bermakna memperlihatkan. Riya’ merupakan memperlihatkan
sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan
mendapat pujian dari orang lain. Riya’ termasuk karena meniatkan ibadah selain
kepada Allah SWT.
Alloh SWT berfirman yang artinya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah : 264).
Hadits yang bisa jadi renungan kita:
عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ ». قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِىَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِى الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً »
Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik ashgor adalah) riya’. Alloh Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’ (HR. Ahmad 5: 429. )
Beberapa keterangan terkait hadits diatas adalah sebagai berikut:
- Begitu khawatir-nya Rasul -Shallallahu ‘alaihi wa sallam– akan terjerumus-nya umat ini pada syirik ashgor.
- Begitu sayangnya Rasul –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– pada umatnya karena beliau begitu semangat untuk memberikan petunjuk dan nasehat. Tidak ada suatu kebaikan kecuali beliau sampaikan, tidak pula suatu kejelekan kecuali beliau memperingatkan pada umatnya.
- Jika syirik ashgor begitu dikhawatirkan akan menimpa sahabat Rasul –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– padahal mereka begitu dalam ilmunya dan kuat imannya, lantas bagaimana lagi dengan orang-orang yang berada di bawah para sahabat?
- Syirik terbagi menjadi syirik akbar (besar) dan syirik ashgor (kecil). Syirik akbar adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal yang menjadi kekhususan bagi Allah. Syirik ashgor adalah sesuatu yang dalam dalil disebut syirik namun tidak mencapai derajat syirik akbar.
Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan:
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) sifat pelit yang ditaati (2) hawa nafsu yang diikuti, kekaguman seseorang pada dirinya sendiri” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath, 5/328. Dihasankan Al Albani dalam Shahiihul Jami’ no. 3045 ).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ
“Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub !” (HR Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no 6868, )
Imam Asy-Syafi’i berkata:
“Kalau kamu mengkhawatirkan sikap ujub atas amal perbuatanmu, ingatlah keridhaan Alloh yang menjadi tujuan amalmu, di alam kenikmatan mana engkau hendak berlabuh dan dari siksa mana engkau hindarkan dirimu. Karena barangsiapa yang mengingat semua itu, semua amalannya akan tampak kecil di matanya.” (Siyar A’laamin Nubalaa, 10/42)
Jenis – Jenis Riya’
- Riya’ dalam niat. Berkaitan dengan niat di dalam hati seseorang yang merupakan awal daripada setiap perbuatan yang menyebabkan tidak adanya rasa ikhlas. Dalam sebuah hadist yang artinya;
“Aku mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar; ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; ‘Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niat-kan.” (H.R. Bukhari Muslim).
- Riya’ dalam perbuatan. Riya' yang kedua adalah menunjukkan segala tindak perbuatan atau ibadah dihadapan orang lain dengan tujuan untuk diperhatikan dan mendapat pujian. Macam-macam riya’ dalam perbuatan adalah:
- Riya’ badan. Misalnya; memamerkan tubuh yang kurus tanda rajin berpuasa.
- Riya’ dalam pakaian. Misalnya; menganakan pakaian yang sesuai dengan syar’i agar dianggap sebagai orang yang alim.
- Riya’ dalam ucapan. Misalnya; membaca Al-Qur’an dengan suara yang, merdu dan fasih dihadapan orang agar dipuji.