Halaman

    Social Items

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
   

AZAB KUBUR--Azab adalah siksaan yang dihadapi manusia atau makhluk Tuhan lainnya, sebagai akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukan, dalam filsafat Islam. Dalam perspektif sunnatullah, keadilan akan mengantar pada kesejahteraan, siapapun yang melakukan.
Azab kubur terjadi selama dalam alam barzakh  selama makhluk berada di dalam masa penantian untuk kehidupan kedua. 
Setelah selesai dimakamkan, manusia ditanya dalam kubur oleh malaikat dan telah diketahui apakan ia tergolong orang orang yang berhasil atau yang gagal, maka ia akan memasuki periode baru di dalam kubur yaitu nikmat kubur atau azab kubur, sesuai dengan sabda Rasulullah saw: ”Kuburan itu taman dari taman tamannya surga atau lobang dari lobang lobangnya api neraka”

Adapun siksa kubur dibagi menjadi dua. pertama yang bersifat rutin, berlangsung terus menerus sampai datangnya hari kiamat yaitu diterima bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Ada lagi yang kedua bersifat sementara, yaitu siksaan yang diterima oleh orang mukmin yang melakukan keburukan di saat hidupnya di dunia. Ia akan disiksa sesuai dengan dosa yang dilakukannya. Siksaan ini bisa terhenti jika apa yang telah diterima dianggap cukup untuk menebus dosa yang telah dilakukannya.

Firman Alloh :

{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al An’am: 93)

لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني

Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.” (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » . فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur mereka. Aku pun menginginkannya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam datang menemuiku. Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara azab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari azab kubur setiap selesai sholat” (HR. Bukhori 6005)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِى قُبُورِهِمَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ » ، ثُمَّ قَالَ « بَلَى ، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ »

“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari sebagian pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang diadzab di kuburnya. Beliau bersabda, ‘Keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab karena dosa besar (menurut mereka bedua)’, lalu Nabi bersabda: ‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diadzab karena tidak membersihkankan bekas kencingnya, dan yang lain karena selalu melakukan namiimah (adu domba)” (HR. Bukhori 6055, Muslim 703)
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منه

“Aku mendengar Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat’

Usman Radhiallahu Anhu berkata,
‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308.)

Allah Ta’ala berfirman,


وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ


“Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras“.” (QS. Al Mu’min: 45-46)

Mari kita perhatikan penjelasan para pakar tafsir mengenai potongan ayat ini:

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.”

Al Qurtubhi –rahimahullah- mengatakan:
“Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur. … Pendapat inilah yang dipilih oleh Mujahid, ‘Ikrimah, Maqotil, Muhammad bin Ka’ab. Mereka semua mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan adanya siksa kubur di dunia.” (Al Jaami’ Li Ahkamil Qur’an, 15/319)

Asy Syaukani –rahimahullah- mengatakan:
“Yang dimaksud dengan potongan dalam ayat tersebut adalah siksaan di alam barzakh (alam kubur). ” (Fathul Qodir, 4/705)


Fakhruddin Ar Razi Asy Syafi’i –rahimahullah- mengatakan:
“Para ulama Syafi’iyyah berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur. Mereka mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa siksa neraka yang dihadapkan kepada mereka pagi dan siang (artinya sepanjang waktu) bukanlah pada hari kiamat nanti. Karena pada lanjutan ayat dikatakan, “dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” [Berarti siksa neraka yang dinampakkan pada mereka adalah di alam kubur]. Tidak bisa juga kita katakan bahwa yang dimaksudkan adalah siksa di dunia. Karena dalam ayat tersebut dikatakan bahwa neraka ditampakkan pada mereka pagi dan siang, sedangkan siksa ini tidak mungkin terjadi pada mereka ketika di dunia. Jadi yang tepat adalah dinampakkannya neraka pagi dan siang di sini adalah setelah kematian (bukan di dunia) dan sebelum datangnya hari kiamat. Oleh karena itu, ayat ini menunjukkan adanya siksa kubur bagi Fir’aun dan pengikutnya. Begitu pula siksa kubur ini akan diperoleh bagi yang lainnya sebagaimana mereka.” (Mafaatihul Ghoib, 27/64)

Ibnu Katsir –rahimahullah- mengatakan, 
“Ayat ini adalah pokok aqidah terbesar yang menjadi dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengenai adanya adzab (siksa) kubur yaitu firman Allah :


النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7/146)

Ibnul Qayyim –rahimahullah- menafsirkan ayat di atas:

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang”, ini adalah siksaan di alam barzakh (di alam kubur). Sedangkan ayat (yang artinya), “dan pada hari terjadinya Kiamat” adalah ketika kiamat kubro (kiamat besar). (At Tafsir Al Qayyim, hal. 358)

Salah satu yang bisa meringankan seseorang dari azab kubur adalah do’a dan dan istighfar yang selalu di kiriman dan dipanjatkan oleh sanak keluarga, famili, dan teman-teman yang masih hidup. Maka dianjurkan kepada orang yang masih hidup dunia agar senantiasa mendo’akan keluarga, terutama kedua orang tua, sahabat atau seluruh kaum muslimin yang telah meninggal dunia. Hal itu merupakan salah satu bentuk hadiah untuk meringankan azab kubur kepada mereka. “Allah akan menetapkan hati orang-orang mukmin dengan kalimah yang teguh didunia dan diakhirat.” (Ibrahim, 27)
Seharusnya seorang muslim jangan memperdebatkan apakah siksa kubur itu akan diterima oleh ruh dan jasad seseorang, atau siksa kubur hanya diterima oleh ruh tanpa jasad. Sebaiknya seorang muslim mempercayai adanya nikmat dan adzab kubur dan meyakininya dengan keyakinan yang kuat bahwa nikmat dan adzab kubur adalah hal ghaib yang wajib diimani.
Jadi, nikmat dan adzab kubur ini adalah hal yang haq atau benar akan keberadaanya. Dalil-dalil yang mutawatir dari Nabi saw, dan dari para sahabat telah menunjukkan kebenarannya secara pasti dan kita wajib mengimaninya karena merupakan tuntutan keimanan kita kepada hari kiamat yang merupakan rukun iman keenam dimana tidak sah iman seseorang kecuali harus beriman kepada semua rukun iman yang enam. Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani tentang adanya nikmat dan adzab kubur. Keduanya adalah benar berdasarkan Al Qur’an, sunnah dan Ijma’ ulama.

Diantara dalil dari Al Qur’an tentang adanya adzab kubur adalah firman Allah Ta’ala:

“Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, lalu mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar. “ (QS. At Taubah:101)


Menurut penjelasan Ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan “nanti mereka akan Kami siksa dua kali“ yaitu azab di dunia dan azab kubur.

Sedangkan menurut hadits Nabi saw, dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah, pernah berjalan melewati salah satu kuburan di kota Madinah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kubur. Beliau bersabda: “keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena perbuatan dosa besar. Yang pertama karena tidak beristinja’ atau tidak menjaga kebersihan dari air kencing (tidak cebok) dan yang lainnya ia senantiasa ber namimah (mengumpat). (hadits al-Bukhari).

Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk senantiasa berdoa memohon perlindungan kepada Allah dari adzab kubur di setiap akhir tasyahud sebelum salam ketika shalat. ”Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab jahannam, dari azab kubur, dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejahatan fitnah al Masih ad-Dajjal” (hadits Muslim dari sahabat Abu Hurairah ra).

AZAB KUBUR

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
   

AZAB KUBUR--Azab adalah siksaan yang dihadapi manusia atau makhluk Tuhan lainnya, sebagai akibat dari kesalahan yang pernah atau sedang dilakukan, dalam filsafat Islam. Dalam perspektif sunnatullah, keadilan akan mengantar pada kesejahteraan, siapapun yang melakukan.
Azab kubur terjadi selama dalam alam barzakh  selama makhluk berada di dalam masa penantian untuk kehidupan kedua. 
Setelah selesai dimakamkan, manusia ditanya dalam kubur oleh malaikat dan telah diketahui apakan ia tergolong orang orang yang berhasil atau yang gagal, maka ia akan memasuki periode baru di dalam kubur yaitu nikmat kubur atau azab kubur, sesuai dengan sabda Rasulullah saw: ”Kuburan itu taman dari taman tamannya surga atau lobang dari lobang lobangnya api neraka”

Adapun siksa kubur dibagi menjadi dua. pertama yang bersifat rutin, berlangsung terus menerus sampai datangnya hari kiamat yaitu diterima bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-nya. Ada lagi yang kedua bersifat sementara, yaitu siksaan yang diterima oleh orang mukmin yang melakukan keburukan di saat hidupnya di dunia. Ia akan disiksa sesuai dengan dosa yang dilakukannya. Siksaan ini bisa terhenti jika apa yang telah diterima dianggap cukup untuk menebus dosa yang telah dilakukannya.

Firman Alloh :

{وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al An’am: 93)

لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني

Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.” (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » . فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur mereka. Aku pun menginginkannya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam datang menemuiku. Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara azab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari azab kubur setiap selesai sholat” (HR. Bukhori 6005)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِى قُبُورِهِمَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ » ، ثُمَّ قَالَ « بَلَى ، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ »

“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Nabi shollallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar dari sebagian pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang diadzab di kuburnya. Beliau bersabda, ‘Keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab karena dosa besar (menurut mereka bedua)’, lalu Nabi bersabda: ‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diadzab karena tidak membersihkankan bekas kencingnya, dan yang lain karena selalu melakukan namiimah (adu domba)” (HR. Bukhori 6055, Muslim 703)
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منه

“Aku mendengar Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat’

Usman Radhiallahu Anhu berkata,
‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308.)

Allah Ta’ala berfirman,


وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ


“Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras“.” (QS. Al Mu’min: 45-46)

Mari kita perhatikan penjelasan para pakar tafsir mengenai potongan ayat ini:

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.”

Al Qurtubhi –rahimahullah- mengatakan:
“Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur. … Pendapat inilah yang dipilih oleh Mujahid, ‘Ikrimah, Maqotil, Muhammad bin Ka’ab. Mereka semua mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan adanya siksa kubur di dunia.” (Al Jaami’ Li Ahkamil Qur’an, 15/319)

Asy Syaukani –rahimahullah- mengatakan:
“Yang dimaksud dengan potongan dalam ayat tersebut adalah siksaan di alam barzakh (alam kubur). ” (Fathul Qodir, 4/705)


Fakhruddin Ar Razi Asy Syafi’i –rahimahullah- mengatakan:
“Para ulama Syafi’iyyah berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur. Mereka mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa siksa neraka yang dihadapkan kepada mereka pagi dan siang (artinya sepanjang waktu) bukanlah pada hari kiamat nanti. Karena pada lanjutan ayat dikatakan, “dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” [Berarti siksa neraka yang dinampakkan pada mereka adalah di alam kubur]. Tidak bisa juga kita katakan bahwa yang dimaksudkan adalah siksa di dunia. Karena dalam ayat tersebut dikatakan bahwa neraka ditampakkan pada mereka pagi dan siang, sedangkan siksa ini tidak mungkin terjadi pada mereka ketika di dunia. Jadi yang tepat adalah dinampakkannya neraka pagi dan siang di sini adalah setelah kematian (bukan di dunia) dan sebelum datangnya hari kiamat. Oleh karena itu, ayat ini menunjukkan adanya siksa kubur bagi Fir’aun dan pengikutnya. Begitu pula siksa kubur ini akan diperoleh bagi yang lainnya sebagaimana mereka.” (Mafaatihul Ghoib, 27/64)

Ibnu Katsir –rahimahullah- mengatakan, 
“Ayat ini adalah pokok aqidah terbesar yang menjadi dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengenai adanya adzab (siksa) kubur yaitu firman Allah :


النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7/146)

Ibnul Qayyim –rahimahullah- menafsirkan ayat di atas:

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang”, ini adalah siksaan di alam barzakh (di alam kubur). Sedangkan ayat (yang artinya), “dan pada hari terjadinya Kiamat” adalah ketika kiamat kubro (kiamat besar). (At Tafsir Al Qayyim, hal. 358)

Salah satu yang bisa meringankan seseorang dari azab kubur adalah do’a dan dan istighfar yang selalu di kiriman dan dipanjatkan oleh sanak keluarga, famili, dan teman-teman yang masih hidup. Maka dianjurkan kepada orang yang masih hidup dunia agar senantiasa mendo’akan keluarga, terutama kedua orang tua, sahabat atau seluruh kaum muslimin yang telah meninggal dunia. Hal itu merupakan salah satu bentuk hadiah untuk meringankan azab kubur kepada mereka. “Allah akan menetapkan hati orang-orang mukmin dengan kalimah yang teguh didunia dan diakhirat.” (Ibrahim, 27)
Seharusnya seorang muslim jangan memperdebatkan apakah siksa kubur itu akan diterima oleh ruh dan jasad seseorang, atau siksa kubur hanya diterima oleh ruh tanpa jasad. Sebaiknya seorang muslim mempercayai adanya nikmat dan adzab kubur dan meyakininya dengan keyakinan yang kuat bahwa nikmat dan adzab kubur adalah hal ghaib yang wajib diimani.
Jadi, nikmat dan adzab kubur ini adalah hal yang haq atau benar akan keberadaanya. Dalil-dalil yang mutawatir dari Nabi saw, dan dari para sahabat telah menunjukkan kebenarannya secara pasti dan kita wajib mengimaninya karena merupakan tuntutan keimanan kita kepada hari kiamat yang merupakan rukun iman keenam dimana tidak sah iman seseorang kecuali harus beriman kepada semua rukun iman yang enam. Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani tentang adanya nikmat dan adzab kubur. Keduanya adalah benar berdasarkan Al Qur’an, sunnah dan Ijma’ ulama.

Diantara dalil dari Al Qur’an tentang adanya adzab kubur adalah firman Allah Ta’ala:

“Nanti mereka akan Kami siksa dua kali, lalu mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar. “ (QS. At Taubah:101)


Menurut penjelasan Ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan “nanti mereka akan Kami siksa dua kali“ yaitu azab di dunia dan azab kubur.

Sedangkan menurut hadits Nabi saw, dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah, pernah berjalan melewati salah satu kuburan di kota Madinah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang disiksa di dalam kubur. Beliau bersabda: “keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena perbuatan dosa besar. Yang pertama karena tidak beristinja’ atau tidak menjaga kebersihan dari air kencing (tidak cebok) dan yang lainnya ia senantiasa ber namimah (mengumpat). (hadits al-Bukhari).

Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk senantiasa berdoa memohon perlindungan kepada Allah dari adzab kubur di setiap akhir tasyahud sebelum salam ketika shalat. ”Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab jahannam, dari azab kubur, dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejahatan fitnah al Masih ad-Dajjal” (hadits Muslim dari sahabat Abu Hurairah ra).
Load Comments

Subscribe Our Newsletter