Halaman

    Social Items

TAULADAN SAHABAT NABI "ABU BAKAR YANG IKHLAS"

Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Alloh Ta’ala.

Ikhlas merupakan ilmu tertinggi yang diberikan Alloh Ta’ala kepada umat manusia, dan jika ilmu ini diterapkan dalam setiap langkah kehidupan, Alloh Ta’ala menjanjikan limpahan berkah kebaikan bagi kita. Seperti halnya rezeki, jatah rezeki kita semua sama. Yang membedakan pendapatan rezeki kita adalah kualitas hidup kita atau kesesuaian hidup kita dengan kehendak-Nya.

Maka dari itu, penulis mengajak pembaca yang dirahmati Alloh untuk melihat kembali, merenungi kisah-kisah sahabat, kisah Abu Bakar, kisah Umar, kisah Utsman bin Affan, kisah Abdurahman bin Auf, dan seluruh sahabat ridwanulloh ta’ala lainnya bagaimana cara mereka ikhlas dalam meninggikan kalimat-kalimat Alloh.

Sebagai contoh, bagaimana *Abu Bakar menginfaqkan seluruh hartanya untuk dakwah Islam.* Ini tidak akan pernah terjadi apabila tidak memiliki iman yang kuat, iman yang menusuk ke dalam hati.

Semua digunakan fi sabilillah. Harta yang dimiliki oleh Abu Bakar hampir seluruhnya di-infaqkan. Sampai-sampai Rosululloh Shollahu Alaihi Wassalam menegur Abu Bakar, *“Apa yang engkau gunakan membiayai hidupanmu dan keluargamu, wahai Abu Bakar,* sesudah seluruh hartamu engkau sedekahkan?” Abu Bakar dengan tegas mengatakan, “Aku masih mempunyai Alloh dan Rosul-Nya.”

Sikap Abu Bakar mendapatkan cemooh sebagian kalangan masyarakat Madinah, atas sikapnya yang menyedekahkan dan menginfaqkan hartanya itu. Abu Bakar sudah tidak lagi hatinya tertambat dengan harta dan segala hal yang terkait dengan dunia.

Abu Bakar rela melepaskan harta dan seluruh kekayaan yang dimiliki demi agama Alloh, yang diyakininya. Tak ada ragu lagi. Karena, seluruh jiwa dan raganya hanya diarahkan dalam mencari ridho dan kemuliaan dari Alloh Ta’ala. Atas sikapnya itu, kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an:

فَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَىۡءٍ۬ فَمَتَـٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٌ۬ وَأَبۡقَىٰ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّہِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٣٦

Artinya: “Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah keni’matan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Alloh lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Roob mereka, mereka bertawakkal.” (Qs. Asy-Syura [42]: 36)

Para sahabat, tidak sedikitpun memiliki keinginan menyelisihi. Ini karena ketaatan dan keikhlasan secara total dalam menjalani perintah-perintah Alloh Ta’ala. Karena itu, seorang mukmin akan selalu mentaati batasan-batasan yang diberikan oleh Alloh Ta’ala dalam menjalani hidup ini.

Kesabaran dan keikhlasan orang-orang mukmin yang begitu luar biasa, dan terus memegang iman dan aqidahnya sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, membuat mukmin, mengungguli semua jenis manusia. Inilah yang diisyarakatkan oleh Alloh Ta’ala.

Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah pernah mengatakan, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi penuh kantongnya dengan kerikil kecil. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat sama sekali.”

Marilah kita berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Alloh, menguatkan ketaatan kepada ulil amri yang berpegang teguh kepada Alloh dan Rosul-Nya, menebalkan keikhlasan untuk berjuang dan berkorban dalam menegakkan serta menyiarkan dakwah Islam hingga Alloh Ta’ala menurunkan karunia-Nya berupa kemenangan yang hakiki.

ABU BAKAR YANG IKHLAS

TAULADAN SAHABAT NABI "ABU BAKAR YANG IKHLAS"

Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Alloh Ta’ala.

Ikhlas merupakan ilmu tertinggi yang diberikan Alloh Ta’ala kepada umat manusia, dan jika ilmu ini diterapkan dalam setiap langkah kehidupan, Alloh Ta’ala menjanjikan limpahan berkah kebaikan bagi kita. Seperti halnya rezeki, jatah rezeki kita semua sama. Yang membedakan pendapatan rezeki kita adalah kualitas hidup kita atau kesesuaian hidup kita dengan kehendak-Nya.

Maka dari itu, penulis mengajak pembaca yang dirahmati Alloh untuk melihat kembali, merenungi kisah-kisah sahabat, kisah Abu Bakar, kisah Umar, kisah Utsman bin Affan, kisah Abdurahman bin Auf, dan seluruh sahabat ridwanulloh ta’ala lainnya bagaimana cara mereka ikhlas dalam meninggikan kalimat-kalimat Alloh.

Sebagai contoh, bagaimana *Abu Bakar menginfaqkan seluruh hartanya untuk dakwah Islam.* Ini tidak akan pernah terjadi apabila tidak memiliki iman yang kuat, iman yang menusuk ke dalam hati.

Semua digunakan fi sabilillah. Harta yang dimiliki oleh Abu Bakar hampir seluruhnya di-infaqkan. Sampai-sampai Rosululloh Shollahu Alaihi Wassalam menegur Abu Bakar, *“Apa yang engkau gunakan membiayai hidupanmu dan keluargamu, wahai Abu Bakar,* sesudah seluruh hartamu engkau sedekahkan?” Abu Bakar dengan tegas mengatakan, “Aku masih mempunyai Alloh dan Rosul-Nya.”

Sikap Abu Bakar mendapatkan cemooh sebagian kalangan masyarakat Madinah, atas sikapnya yang menyedekahkan dan menginfaqkan hartanya itu. Abu Bakar sudah tidak lagi hatinya tertambat dengan harta dan segala hal yang terkait dengan dunia.

Abu Bakar rela melepaskan harta dan seluruh kekayaan yang dimiliki demi agama Alloh, yang diyakininya. Tak ada ragu lagi. Karena, seluruh jiwa dan raganya hanya diarahkan dalam mencari ridho dan kemuliaan dari Alloh Ta’ala. Atas sikapnya itu, kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an:

فَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَىۡءٍ۬ فَمَتَـٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٌ۬ وَأَبۡقَىٰ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّہِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٣٦

Artinya: “Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah keni’matan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Alloh lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Roob mereka, mereka bertawakkal.” (Qs. Asy-Syura [42]: 36)

Para sahabat, tidak sedikitpun memiliki keinginan menyelisihi. Ini karena ketaatan dan keikhlasan secara total dalam menjalani perintah-perintah Alloh Ta’ala. Karena itu, seorang mukmin akan selalu mentaati batasan-batasan yang diberikan oleh Alloh Ta’ala dalam menjalani hidup ini.

Kesabaran dan keikhlasan orang-orang mukmin yang begitu luar biasa, dan terus memegang iman dan aqidahnya sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, membuat mukmin, mengungguli semua jenis manusia. Inilah yang diisyarakatkan oleh Alloh Ta’ala.

Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah pernah mengatakan, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi penuh kantongnya dengan kerikil kecil. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat sama sekali.”

Marilah kita berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Alloh, menguatkan ketaatan kepada ulil amri yang berpegang teguh kepada Alloh dan Rosul-Nya, menebalkan keikhlasan untuk berjuang dan berkorban dalam menegakkan serta menyiarkan dakwah Islam hingga Alloh Ta’ala menurunkan karunia-Nya berupa kemenangan yang hakiki.
Load Comments

Subscribe Our Newsletter